PERTANIAN - Bayangkan sebuah pagi di pedesaan Indonesia. Udara segar membawa aroma padi yang tengah menguning, suara burung bercengkrama dengan gemericik air di saluran irigasi yang mengalir sempurna. Di depan mata, hamparan sawah menghijau menanti musim panen ketiga dalam setahun. Inilah visi Indonesia masa depan: desa yang hidup tanpa kekeringan, dan perut rakyat yang terisi tanpa impor.
Namun, di balik keindahan itu, terselip mimpi besar yang selama ini masih tersendat—irigasi teknis yang menyeluruh. Setiap musim tanam dimulai dengan hujan harapan, tetapi berakhir dengan jeritan petani karena bendungan yang kosong. "Tiga kali panen setahun? Apa itu bukan mimpi?" keluh Pak Gun, petani yang sudah puluhan tahun bersahabat dengan cangkul dan lumpur, tapi tak pernah merasakan cukup air di sawahnya.
Mari kita jujur, swasembada pangan seringkali menjadi mimpi lima tahunan yang dielu-elukan saat kampanye. Janji-janji pembangunan bendungan terdengar gagah di atas podium, tetapi kadang hanya berakhir sebagai narasi politis yang menggugah harapan sesaat. Tanpa irigasi teknis yang memadai, janji itu bagai menanam benih di tanah tandus.
Namun, jangan salah. Solusi ada, hanya perlu tekad yang membara dan kerja nyata. Investasi besar dalam pembangunan saluran irigasi adalah langkah pertama menuju mimpi ini. Irigasi teknis tidak hanya soal membangun bendungan atau menggali saluran, tetapi juga menyelamatkan mimpi jutaan petani yang menggantungkan hidupnya pada sawah. Dengan air yang cukup, lahan tak perlu menunggu hujan untuk bersemi. Produktivitas meningkat, tiga kali panen setahun bukan lagi utopia.
Selain itu, program penyuluhan untuk memanfaatkan teknologi pertanian modern akan semakin memperkuat fondasi ketahanan pangan nasional. Jika setiap desa memiliki akses ke air dan pengetahuan, kita tak perlu lagi tergantung pada beras impor. Bahkan, Indonesia bisa menjadi eksportir beras seperti di masa lampau.
Utopia ini bukan sekadar mimpi di siang bolong. Ia adalah gambaran masa depan yang bisa diwujudkan dengan visi yang jelas dan komitmen yang teguh. Sebuah negeri yang tidak hanya mandiri dalam pangan tetapi juga makmur karena petaninya sejahtera. Tidak ada lagi sawah yang kering, tidak ada lagi tangis petani karena gagal panen.
Baca juga:
Mengenal Pupuk Dasar Menanam Cabai Rawit
|
Jadi, mari bersama-sama mewujudkan Utopia Indonesia. Sebuah tanah air yang subur, di mana desa-desa menjadi sumber kehidupan yang tidak pernah kekurangan air. Di mana sawah bisa panen tiga kali setahun, dan swasembada pangan menjadi kebanggaan, bukan sekadar janji politis. Karena pada akhirnya, keberhasilan sebuah bangsa tidak hanya dilihat dari gedung-gedung tinggi di kota, tetapi juga dari hijau dan suburnya sawah di pedesaan.
Jakarta, 03 Dovember 2024
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi