OPINI - Hasil quick count yang disiarkan oleh beberapa lembaga polling cukup mengejutkan. Semua lembaga menyodorkan hasil yang menunjukkan paslon 02 berada diatas 50℅. Ini berarti pemilu kali ini cukup hanya satu putaran saja dan dimenangkan oleh paslon 02, itupun jika hasil quick count ini memang bisa diandalkan keabsahannya.
Banyak pertanyaan dan keraguan yang menyertaii hasil tersebut. Sampai saat ini masih ada dua kemungkinan dibalik hasil tersebut, benar adanya, atau merupakan hasil rekayasa yang sudah diatur jauh hari sebelumnya.
Indikasi rekayasa sudah bisa dilihat secara kasat mata. Perolehan suara 02 jauh diatas perolehan kedua paslon 01 dan 03. Apakah mungkin? Mulai dari rekayasa pencalonan Gibran melalui campur tangan MK, sampai pernyataan keberpihakan Jokowi pada kampanye pemilu, merupakan indikasi kuat untuk meragukan kemurnian hasil quick count.
Seorang Jokowi yang memiliki kekuasaan untuk menggerakkan instrumen negara, sangat tidak mungkin untuk tidak mempengaruhi jalannya hasil pemilu, paling tidak ini sangkaan banyak pihak. Apalagi yang ikut bertarung saat ini adalah anak kandungnya.
Baca juga:
Tony Rosyid: Berebut Anies Baswedan
|
Kenyataan dilapangan juga menyuguhkan cerita yang berbeda. Setiap kunjungan paslon 01 ke pelosok Indonesia, selalu disertai dengan kerumunan ribuan manusia. Rakyat berbondong-bondong datang secara sukarela. Mereka meluangkan waktu, tenaga dan dana untuk melihat dan mendukung paslon harapan mereka.
Rakyat pendukung digerakkan oleh hati nurani, yang mendambakan perubahan. Sangat tidak mungkin hasil pemilu tidak mencerminkan antusiasme rakyat untuk mendukung 01. Sementara hasil quick count bercerita lain. Perbedaan perolehan suara antara paslon 01 dan 02 sangatlah jauh, tidak merefleksikan kenyataan di lapangan. Hal ini tentu mengundang tanda tanya besar.
Sementara itu, banyak berita yang beredar di sosial media yang menunjukkan dukungan nyata masyarakat terhadap paslon 02 sangatlah terbatas. Lagi-lagi hasil quick count tidak mencerminkan kenyataan di lapangan. Bahkan ada tuduhan dari beberapa pihak yang menyatakan bahwa hasil quick count ini merupakan pesanan, Wallahualam Bissawab.
Disamping rekayasa hasil pemilu, bukti kecurangan dilapangan juga dilontarkan oleh banyak pihak. Bukti-bukti berupa video kecurangan sudah banyak beredar di media sosial. Bukti-bukti ini dikirim langsung oleh masyarakat dari seluruh pelosok Indonesia. Bahkan ada tuduhan kecurangan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Baca juga:
Ilham Bintang: Ya Ampun, Presiden
|
Jika memang benar hal ini terjadi, tentu proses Pemilihan Umum yang Jujur dan Adil (JURDIL) sudah bukan menjadi suatu norma lagi. Lembaga negara yang seharusnya menjaga netralitasnya, sudah turut serta berkontribusi untuk mencederai demokrasi di Indoesia.
Kekecewaan rakyat terhadapi Pemilu kali ini sudah tidak bisa disembunyikan lagi. Suara protes terhadap ketidaknetralan Presiden makin santer sejak Jokowi secara terang-terangan menunjukkan keberpihakannya pada salah satu Paslon. Perlawanan rakyat terhadap "pencederaan" demokrasi juga ditunjukkan secara terbuka. Sosial media menjadi saluran utama mereka, karena hampir semua media komunikasi massa sudah dibatasi pemberitaannya. Indonesia melawan!
Rakyat bersuara untuk mewujudkan kebenaran. Proses perlawanan Indonesia untuk mewujudkan demokrasi yang memihak pada rakyat masih akan terus berlangsung dalam waktu lama. Tuntutan untuk menciptakan politik jujur dan adil di Indonesia makin kencang. Hanya hati nurani pemimpin yang bersih yang akan berada di pihak rakyat. Indonesia melawan!
Sentul City, 16 Februari 2024
Dr Rino A. Sa'danoer
(Sekjen Badan Pemenangan Anies-Muhaimin)